Rabu, 05 November 2014

Dampak Berbagi Foto Selfie di Media Sosial (Ray Caesarly Santosa 705140032 kelas A)

Dampak Berbagi Foto Selfie di Media Sosial­­
Pengertian Selfie
     Arti kata selfie itu sendiri adalah self-portrait yang berarti mengambil foto diri sendiri menggunakan kamera tanpa bantuan orang lain (Prasetyo, 2014). Menurut kamus Oxford yang dikutip dari laman BBC (dikutip dalam Rosalina, 2013, para. 4), “selfie adalah aktivitas seseorang yang memotret dirinya sendiri, umumnya menggunakan ponsel atau webcam, kemudian mengunggahnya ke situs media sosial.”
Pengertian Media Sosial (Social Media)
     Kaplan dan Haenlein (dikutip dalam Tea, 2014, para. 5) mendefinisikan media sosial sebagai “sebuah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0, dan yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.”  Media sosial digunakan untuk berkomunikasi, berinteraksi, saling kirim pesan, berbagi (sharing), membangun jaringan (networking), dan juga untuk mengekspresikan diri (Tea, 2014).
Macam-Macam Media Sosial
     Terdapat berbagai macam media sosial dengan fitur, keunikan, dan kegunaan masing-masing. Menurut Adhi (2014), media sosial yang populer di Indonesia adalah Facebook, Twitter, Path, Google Plus, Youtube, Instagram, Line, Kaskus, Linkedin, dan Foursquare. Beberapa media sosial tersebut memiliki fitur untuk membagikan file, gambar, dan video.
Alasan Membagikan Foto Selfie di Media Sosial
     Manusia ingin dikenal. Pada dasarnya, manusia ingin dikenal dan ingin diperhatikan. Oleh karena itu, terkadang seseorang berusaha memancing perhatian orang lain dengan bertingkah aneh, “nyeleneh”, dan eksentrik. Berbagai macam cara dilakukan, baik positif, maupun negatif untuk menarik perhatian (Sulaiman, 2005a). Sehubungan dengan hal tersebut, jika membagikan foto selfie dengan beragam pose, termasuk pose yang “nyeleneh”,  seseorang menganggap akan diperhatikan orang lain.
    Manusia ingin dihargai. Setiap manusia pada dasarnya ingin dihargai. Mereka berusaha keras hanya agar dirinya dihargai, baik melalui karya, ucapan, tingkah laku, usaha, maupun apa yang dimilikinya (Aly & Prihadi, n.d.). Berbagi foto selfie adalah salah satu cara manusia untuk mendapatkan penghargaan, terlebih ketika foto yang diunggah dianggap baik oleh orang lain.
    Manusia ingin diakui. Getol (2009) menyatakan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang suka ketika diremehkan karena sudah merupakan kebutuhan manusia untuk diakui. Seperti yang dikatakan Maslow (dikutip dalam Sulaiman, 2005b, h. 20), “Manusia memiliki keinginan dasar yang terentang dari kebutuhan seksual hingga aktualisasi diri (self-actualization). Setelah kebutuhan ekonomi terpenuhi, maka yang paling akhir adalah kebutuhan ingin diakui.”
Dampak Positif Membagikan Foto Selfie di Media Sosial
     Mampu meningkatkan kepercayaan diri. Secara tidak langsung, berfoto selfie membantu kita lebih mengenali diri dan keadaan seseorang. Seseorang dapat mengetahui kelebihan dan kekurangannya dengan berfoto selfie. Menunjukkan kelebihannya kepada orang lain akan meningkatkan kepercayaan diri seseorang (Ahmad, 2014).
     Menyebarkan pesan positif kepada orang lain. Membagikan foto selfie yang berisikan pesan-pesan positif atau menunjukkan hal-hal positif, seperti pola hidup yang sehat di media sosial berdampak positif. Maka dari itu, seseorang dapat menularkan pesan positif dan inspiratif kepada masyarakat (Ahmad, 2014).
Dampak Negatif Membagikan Foto Selfie di Media Sosial
    Selfie dan gangguan kepribadian
    Selfie dan Narsistik. Menurut Putranto (dikutip dalam Pratama, 2014, para. 17), “Selfie mewakili satu elemen narsistik, selfie kan prilaku memotret. Narsis adalah lebih kepada mencintai diri sendiri. Pamernya nggak cuma wajah, bahkan berhadapan dengan orang maunya menang sendiri, yang penting diri sendiri daripada orang lain itu kan narsis.” Akan tetapi, ketika seseorang mulai membagikan foto selfienya secara berlebihan yang mengindikasikan narsisisme, akan berdampak negatif pada hubungan sosial dalam pekerjaan, pertemanan, dan pernikahan (Koto, 2013).
    Selfie dan Adiksi. Kasus seorang remaja laki-laki berusia 19 tahun asal Newcastle bernama Danny Bowman yang berusaha bunuh diri setelah 200 kali gagal mendapatkan foto selfie yang bagus merupakan gambaran bahwa selfie yang berlebihan dapat mengindikasikan suatu adiksi (“Seorang Remaja Inggris Berupaya Bunuh Diri,” 2014). Adiksi pada selfie ini bukanlah suatu hal yang baru karena sebelumnya telah ditemukan kasus-kasus adiksi pada media sosial. Akan tetapi, menurut Veale (dikutip dalam “'Selfie Addiction' Is No Laughing Matter,” 2014, para. 4), kasus Danny adalah kasus ekstrem. Ia mengatakan, “But this is a serious problem. It’s not a vanity issue. It’s a mental health one which has an extremely high suicide rate.”
    Selfie dan Histrionik. Menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) dari American Psychiatric Association (APA) (dikutip dalam Aulia, 2014), orang dengan gangguan kepribadian histrionik memiliki kebutuhan yang besar dalam mencari perhatian. Mereka menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian orang lain dan tidak ragu untuk mengeluarkan uang banyak untuk tampil cantik. Para “penggila” selfie diidentikkan dengan gangguan ini.
    Selfie dan Body Dismorphic Disorder. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Strathclyde, Ohio University, dan University of Lowa (dikutip dalam Sativa, 2014) ditemukan bahwa semakin banyak wanita melakukan selfie dan mengunggahnya pada media sosial, semakin mereka merasa insecure dengan bentuk tubuhnya sendiri. Mereka cenderung membandingkan tubuh wanita-wanita lain dengan tubuh sendiri sehingga memicu pikiran negatif pada diri mereka.

DAFTAR PUSTAKA
Adhi. (2014, Juli). Jejaring sosial terpopuler di Indonesia. Diunduh dari http://tech.dbagus.com/jejaring-sosial-terpopuler-di-indonesia
Ahmad, A. (2014, September). Sejarah selfie serta efek positif dan negatifnya. Diunduh dari http://alltutorial.net/sejarah-selfie-serta-efek-positif-dan-negatifnya/
Aly, A., & Prihadi, E. K. (n.d.). Pawang manusia: Strategi jitu menaklukkan dan memengaruhi orang lain. Jakarta: Elex Media Komputindo. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=3QgYN9ekvzgC&pg=PA47&dq=manusia+ingin+dihargai&hl=id&sa=X&ei=CbRZVPLiA428uAS50YD4AQ&redir_esc=y#v=onepage&q=manusia%20ingin%20dihargai&f=false
Aulia, T. N. (2014, Januari 2). Gangguan kepribadian histrionik. Diunduh dari http://kesehatan. kompasiana.com/kejiwaan/2014/01/02/gangguan-kepribadian-histrionik-623394.html
Getol, G. (2009). Managing your strengths & weakness: Mengubah kelemahan menjadi kekuatan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=FvSADOjnuhI C&pg=PA204&dq=manusia+ingin+diakui&hl=id&sa=X&ei=rrdZVOfsKsGgugTnt4CIAg&ved=0CEMQ6AEwCA#v=onepage&q=manusia%20ingin%20diakui&f=false
Koto, R. A. (2013, Desember 12). “Selfie”, antara narsis dan eksplorasi diri. Diunduh dari http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/12/selfie-antara-narsis-dan-eksplorasi-diri-617701.html
Prasetyo, H. (2014, Maret). Pengertian arti selfie itu apa sih?. Diunduh dari http://www.ga jahkreatif.com/2014/171264/pengertian/pengertian-arti-selfie-itu-apa-sih.html
Pratama, N. (2014, September 25). Selfie-isasi dan narsisme. Diunduh dari http://lifestyle. kompasiana.com/catatan/2014/09/25/selfie-isasi-dan-narsisme-681061.html
Rosalina. (2013, November 20). ‘Selfie’, kata anyar dalam kamus oxford. Diunduh dari http://www.tempo.co/read/news/2013/11/20/095531163/selfie-kata-anyar-dalam-kamus-oxford
Sativa, R. L. (2014, Agustus 14). 5 macam gangguan jiwa yang bermula dari foto selfie. Diunduh dari http://health.detik.com/read/2014/08/14/180732/2662446/763/3/5-macam-gangguan-jiwa-yang-bermula-dari-foto-selfie
‘Selfie’ addiction is no laughing matter, psychiatrists say (video). (2014, Maret 25). Diunduh dari http://www.huffingtonpost.com/2014/03/25/selfie-addiction-mental-illness_n_5022090.html
Seorang remaja Inggris berupaya bunuh diri karena tak bisa menghasilkan foto selfie yang sempurna. (2014, Maret 25). Diunduh dari http://www.beritateknologi.com/
     seorang-remaja-inggris-berupaya-bunuh-diri-karena-tak-bisa-menghasilkan-foto-selfie-yang-sempurna/
Sulaiman, T. (2005). Seri teladan humor sufistik: Harga sebuah loyalitas. Dalam S. Agung (Ed.). Jakarta: Erlangga. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id=3QgYN9ekvzgC&pg =PA47&dq=manusia+ingin+dihargai&hl=id&sa=X&ei=CbRZVPLiA428uAS50YD4AQ&redir_esc=y#v=onepage&q=manusia%20ingin%20dihargai&f=false
Sulaiman, T. (2005). Seri teladan humor sufistik: Melayani Maling. Dalam S. Agung (Ed.). Jakarta: Erlangga. Diunduh dari http://books.google.co.id/books?id =kPoBeHPwWKMC&pg=PA20&dq=manusia +ingin+diakui&hl=id&sa=X&ei=rrdZVOfsKsGgugTnt4CIAg&ved=0CD8Q6AEwBw#v=onepage&q=manusia%20ingin%20diakui&f=false
Tea, R. (2014, April). Media sosial: Pengertian, karakteristik, dan jenis. Diunduh dari http://www.romelteamedia.com/2014/04/media-sosial-pengertian-karakteristik.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar